Rumah doa itu selalu ramai. Selalu saja ada orang yang berkunjung ke rumah itu. Bukan hanya dari satu kalangan saja. Rumah doa itu selalu dikunjungi orang dari berbagai usia, berbagai negara, ras, dan bahkan agama. Ada yang khusyuk berdoa. Ada yang terdiam tapi meneteskan air mata. Ada juga yang hanya berfoto dengan orang orang tercinta.
Ada seorang pemuda masuk ke rumah doa itu. Ia sering mengunjungi rumah doa. Mungkin sebulan sekali. Tidak ada yang tahu untuk apa pemuda itu datang. Dia selalu datang seorang diri. Duduk di bangku yang sama di belakang. Dan menghabiskan waktunya mungkin hampir seharian di sana. Begitu terus setiap kali dia datang.
Penjaga rumah doa selalu mencatat siapa saja yang keluar masuk rumah doa tersebut. Apa yang dilakukan si pemuda tentu tak luput dari perhatiannya. Pada suatu hari si penjaga menghampiri sang pemuda.
Penjaga : hai kawan, apakah saya mengganggumu?
Pemuda : tentu saja tidak
Penjaga : Jika boleh tahu apa yang kamu lakukan disini? Di sini adalah tempat berdoa. Tapi saya tidak melihat sekalipun anda berdoa.
Pemuda : Saya memang tidak berdoa. Tetapi saya suka melihat orang berdoa.
Penjaga : hmmm…baru kali ini saya bertemu orang yang senang melihat orang berdoaPemuda : dan baru kali ini ada orang yang bertanya demikian pada saya.Penjaga : kenapa anda senang melihat orang berdoa?
Pemuda : sejujurnya saya tidak tahu bagaimana berdoa. Tapi di rumah doa ini saya bisa melihat orang untuk berdoa. Tidak seperti di tempat lain, di sini orang bebas berdoa dengan gaya mereka masing masing. Anda bisa melihat ada yang duduk bersimpuh, bersila, berlutut. Ada yang berdoa sambil melipat tangan, mengangkat tangan, atau menaruh tangan di dada. Dan bagi saya selalu menarik melihat orang melepas keresahannya dengan berdoa.
Penjaga : apa anda tidak mempunyai sesuatu untuk didoakan.
Pemuda : bukan saya tidak mau berdoa. Saya hanya tidak bisa berdoa.
Penjaga : kalau begitu ijinkan saya berdoa untuk anda.
Pemuda : berdoa untuk apa ?
Penjaga : berdoa agar kamu bisa berdoa…
Pemuda : (tersenyum sinis) Bagaimana anda mendoakan saya?
Penjaga : Saya ingin mendoakan anda menemukan jawaban keresahan anda. Mungkin anda tidak tahu bagaimana cara berdoa. Tetapi sesungguhnya keresahan keresahan anda adalah sebuah doa. Anda mendapat jawaban dengan melihat orang berdoa, anda tersenyum ketika melihat orang berdoa. Anda berdiam diri di tempat inipun juga berdoa. Karena berdoa tidak hanya anda mencurahkan hati anda kepada Tuhan tetapi juga mengizinkan Tuhan berbicara kepada Anda. Mungkin salah satunya dengan memberikan damai ketika anda berdiam di tempat ini.
Kemudian sang Penjaga menarik diri. Ia beranjak menuju salah satu bangku kecil di ujung ruangan itu. Ia duduk, tangannya terkatup rapat, dan Ia tidak melafalkan nada apapun. Hanya diam dan Sepi. Sang pemuda mengamatinya dengan tajam di belakang. Dari tempatnya duduk, Ia bisa melihat wajah sang penjaga dari samping. Terlihat wajahnya tenang sempurna. Matanya terpejam, dan Ia melihat rona wajahnya yang damai sentosa. Seolah tak ada beban sama sekali.
Sang Pemuda masih duduk di tempatnya bahkan ketika Sang Penjaga telah selesai. Sang penjaga melambaikan tangan seolah telah berkata “aku telah berdoa untukmu”. Pemuda itu masih terdiam. Ia bingung. Entah apa masalahnya. Seolah Ia mengubur emosinya terlalu lama. Seolah ia menyimpan pedih sedalam palung di lautan.
Tak berselang lama, ada anak perempuan kecil masuk ke rumah doa itu. Anak itu masih berseragam sekolah dengan tas punggung besar yang seperti menelannya dari belakang. Ia hanya sendiri, entah di mana orang tuanya. Kemudian Ia mengambil bangku tak jauh dari sang pemuda. Lalu anak kecil ini mulai berdoa dengan suaranya yang polos.
“Selamat Siang Tuhan. Putri ingin berdoa…, doa untuk Mama. Kata nenek, Mama ada di Sorga, bersama sama Tuhan. Tuhan…Putri kangen Mama. Tuhan tolong sampaikan salam Putri pada Mama ya. Terima Kasih Tuhan. Kata nenek, Mama meninggal waktu putri masih kecil banget. Bahkan Putri tak ingat wajah Mama. Rumah Mama habis terbakar waktu kerusuhan dulu. Kata Nenek, Mama meninggal karena Mama masuk ke dalam rumah menyelamatkan Putri. Terima Kasih Tuhan, Terima Kasih Mama, Putri masih diberi Selamat. Tuhan tolong jaga Mama di Sorga ya. Tuhan tolong juga ampunilah mereka yang berbuat jahat sama Mama dan Putri. Ampuni Tuhan mereka yang membakar rumah kami. Kata Nenek, Putri harus memaafkan mereka karena Tuhan juga mengampuni. Putri tidak ingin jadi orang jahat. Kata Nenek, orang baik selalu mengampuni dan berdoa bagi mereka yang berbuat jahat sama kita. Putri ingin jadi orang baik seperti Mama. Kata Nenek, Mama orang baik pasti memaafkan orang orang jahat itu, makanya Mama masuk Surga. Putri juga ingin masuk surga Tuhan, supaya nanti Putri bisa ketemu Mama lagi. Tuhan…ampunilah mereka. Terima Kasih Tuhan…Amiiin.”
Ketika anak kecil ini membuka mata, Ia mendapati dirinya seorang di rumah doa itu. Tak ada Sang Penjaga, Tak ada pula Pemuda yang tadi duduk tak jauh darinya. Hanya ada secarik kertas di atas bangku tempat sang Pemuda duduk tadi. Anak kecil ini bergegas ingin pulang. Tapi secarik kertas ini menarik perhatiannya. Kemudian Ia membacanya.
“Untuk gadis kecil yang berdoa di dekatku. Beribu Maaf Dariku. Terima Kasih untuk Doamu. Terima kasih karena telah mengampuniku. Semoga kamu tetap menjadi orang baik. Terima Kasih.”
Anak kecil ini hanya termangu. Terdiam. Tanpa disadari, airmatanya jatuh membasahi kertas itu. Ia menangis. Tapi Ia juga tersenyum. Kemudian Ia berujar “Putri mengampunimu, jadilah orang baik”. Dan Ia terus tersenyum, meski wajahnya berurai air mata.
***
Bandung, 1 Juni 2017